1. Lupa cara untuk mengunci pintu. Bahkan ketika kalian ingat, kalian tidak akan peduli.
2. Berpikir semua polisi itu baik dan ramah. Mereka bercanda dengan kamu, dan bahkan meminjamkan uang untuk ongkos taxi.
3. Mereka tidak tahu uang palsu itu seperti apa karena tidak ada yang seperti itu di Jepang. Kecuali, uang fotokopi.
4. Tidak pernah mengunci sepeda ketika berhenti di suatu tempat untuk suatu keperluan. Tidak ada yang pernah dicuri meskipun meninggalkan barang bawaan di sepeda. Di Indonesia? Kalian harus siap beli sepeda baru.
5. Minum air keran ketika merasa haus. Kalau minum air keran di Indonesia bakalan keminum apa ya? Ecoli? Giardia? Shigella? Entamoeba histolytica? Di Indonesia, minum air keran dikira norak.
6. Tidak pernah menghitung uang kembalian dari kasir. Uangnya selalu pas, dan tidak ditukar dengan permen, atau ditawarkan untuk disumbangkan.
7. Membungkukkan badan ke semua orang termasuk ke orang asing. Di Jepang, sangat umum untuk membungkukkan badan.
8. Tidak pernah melakukan double-check kualitas produk yang dibeli di tempat, termasuk laptop. Tidak ada barang palsu di Jepang.
9. Tidak pernah melihat kiri-kanan ketika menyeberang jalan. Di Indonesia, kayaknya perlu untuk senam leher lebih dulu.
10. Bertelanjang kaki ketika di rumah. Kalau di Indonesia, sepertinya masih banyak yang bertelanjang kaki juga.
11. Tidak pernah bertanya siapa sebelum membuka pintu.
12. Tidak tahu bagaimana cara membuang sampah. Sampah yang bisa dibakar atau tidak bisa dibakar? Bahkan kita harus melihat kalender untuk mengetahui sampah jenis apa yang boleh dibuang hari ini.
13. Menjadi pemakan sayuran.
14. Mulai berpikir kalau pembajakan itu ilegal.
15. Kehilangan keingintahuan untuk makan di restoran. Semua restoran terlihat sama di Jepang. Menu yang sama, harga yang sama.
16. Meletakkan payung di tempat payung di luar rumah. Tidak masalah. Tidak akan ada yang mencurinya.
17. Tidak tahu bagaimana cara memilih sayuran yang berkualitas. Semuanya terlihat bagus di supermarket.
18. Tidak bisa menawar. Semua harga di Jepang sudah nett.
19. Tidak tahu bagaimana cara membuka pintu, kecuali pintu rumah sendiri, karena semuanya menggunakan pintu otomatis.
20. "Sumimasen" jadi kata-kata yang umum diucapkan.
21. Lupa cara berselisih. Jepang sangat damai.
22. Tidak perlu membawa kertas tissue ketika pergi. Setiap toilet umum mempunyai kertas toilet.
23. Terbiasa membawa 2 dompet. Satu untuk uang kertas. Satu untuk uang koin.
24. Tidak perlu khawatir tidak ada lift untuk pengguna kursi roda atau kereta bayi.
25. Percaya penuh dengan ramalan cuaca. Kalau dikatakan tidak akan hujan jam 2 siang, maka saya akan keluar jam 3 siang tanpa payung.
26. Tidak perlu khawatir dengan sedikitnya jumlah makanan yang dibeli.
27. Cenderung percaya kalau sea food lebih murah daripada daging.
28. Sangat merasa bahwa membuang sampah dan meludah sembarangan adalah tindakan yang jahat.
29. Tidak perlu khawatir akan terdiskriminasi karena perbedaan aksen.
30. Tidak perlu khawatir akan dicap aneh oleh orang karena "hanya mencoba tidak membeli" di toko mainan. Kalau di Indonesia? Mungkin penjual malah akan marah-marah.
31. Berpikir bahwa kota yang bersih adalah kebutuhan dasar manusia.
32. Berpikir kalau setiap sudut tempat umum harus mempunyai vending machine.
33. Melupakan paham "barang murah semuanya jelek". Karena toko 100 yen (sekitar 10.000an) memang sangat murah tapi sangat bagus!
34. Percaya kalau semua sale dan diskon di suatu toko itu benar-benar sale dan diskon. Saya rasa, di Indonesia masih ada yang menaikkan dulu harga dasar barangnya.
35. Bersiaplah untuk terkejut ketika ada berita tentang kecelakaan. Di Jepang, sangat sedikit kecelakaan yang terjadi karena memang tingkat disiplin orang Jepang di Jalan sangatlah tinggi.
36. Berpikir kalau membuat kesalahan itu adalah hal yang aneh.
37. Berpikir kalau semua makanan itu aman dan bersih.
38. Terbiasa dengan menunggu transportasi publik sesuai jadwal. Waktu keterlambatan kereta api di Jepang cuma 0,19 detik!
39. Merasa normal bertemu dengan orang tua dengan semangat yang tinggi.
40. Percaya kalau iklan itu benar.
41. Walaupun tidak ada yang melihat, tetap mengangguk ketika sedang berbicara di telepon.
Biasanya orang Jepang mengangguk dan mengatakan "Hai, Hai..." di telepon.
42. Keluar dari kereta secara otomatis untuk memberi jalan kepada orang di belakang ketika kereta nya terlalu penuh.
43. Menekan tombol lantai kemudian menahan tombol buka secara alami untuk pengunjung lain di dalam lift.
44. Tidak pernah membunyikan klakson ketika menyetir. Tidak pernah membunyikan bel ketika naik sepeda.
45. Berbicara "Japanglish" ketika berbicara "English".
46. Tidak perlu khawatir walaupun resleting tasmu terbuka. Bahkan ketika meninggalkannya di kursi ketika pergi untuk memesan kopi starbucks.
47. Berdiri di sebelah kiri eskalator, memberikan jalan untuk orang lewat di sebelah kanan (untuk Osaka, ada di sisi sebaliknya).
48. Menyimpan sampah di dalam tas dan membuangnya di rumah.
49. Selalu membawa sapu tangan dan asbak portable.
50. Menunggu sampai lampu lalu lintas bewarna hijau meskipun tidak ada mobil yang lewat di jalan.
51. Antri untuk semua hal.
52. Merasa wajar ketika menerima bungkukan badan di tempat pelayanan umum.
53. Meletakkan handphone dan dompet di saku belakang, setengahnya dibiarkan terlihat oleh mata orang.
Kalau di Indonesia, sepertinya sudah hilang begitu saja diambil copet.
54. Duduk di taman dengan bebas. Di Jepang banyak sekali taman yang tersebar.
55. Membersihkan sepatu sekali dalam setahun. Kok bisa?
Lihat, bersih sekali kan jalanannya? Tidak perlu lagi repot-repot membersihkan sepatu saking bersihnya jalanan di Jepang.
56. Tidak pernah mengecek apakah ada tissue toilet di dalam toilet karena hampir semuanya adalah toilet elektronik.
57. Jangan merokok di jalanan. Carilah smoking area.
58. Tidak perlu mencuci sayuran dengan benar. Bahkan terkadang memasaknya langsung tanpa mencucinya.
59. Tidak panik ketika gempa terjadi.
60. Naik kereta api, pergi bekerja, membayar tagihan, semuanya tepat waktu.
Semua kebiasaan ini dapat terjadi karena tingkat sosial masyarakat Jepang yang tertata dengan sangat baik, contohnya, tingkat kriminalitas yang rendah.